Dengan cara ini, warga SDN Pekuncen
tidak perlu menyiramnya setiap hari. “Nanti kalau sudah habis seperti
ini, baru diisi air lagi. Ini juga termasuk program penghematan air
selain mematikan kran air jika sudah tidak digunakan,“ terang Afidah
sambil menunjuk beberapa infus tanaman yang dimaksudnya.
Siswa, guru dan orang tua siswa SDN Pekuncen Pasuruan sedang mengolah buah mengkudu untuk kopi mengkudu
Buah mengkudu juga telah diolah menjadi
kopi mengkudu bersama kayu manis, jahe, emprit, kapulaga dan cabe arab.
Program ini merupakan hasil kerja sama pihak sekolah dengan orang tua
murid yang kebetulan memiliki usaha di bidang pengolahan mengkudu.
Masa kadaluarsa olahan ini sekitar 3
bulan yang telah lulus uji lab oleh Dinas Kesehatan Kota Pasuruan,
sehingga telah memiliki ijin dari badan pengawas obat dan makanan. Kopi
mengkudu ini disarankan diminum menjelang tidur agar badan terasa segar
ketika bangun. Kopi mengkudu dikemas dalam berbagai ukuran dengan harga
yang bervariasi mulai dari Rp 1.000,- hingga Rp.15.000,-
Tanaman kunci, salah satu jenis tanaman
berkhasiat obat, dijadikan maskot tanaman. “Ini karena nama SD kami
‘Pekuncen’ yang asal katanya berasal dari kata ‘kunci’. Selain itu, juga
ada filosofinya, yaitu kami ingin menjadikan ilmu sebagai kunci dari
segala sesuatu,” kata Susmihariyati, guru SDN Pekuncen.
Pengomposan sampah organik juga aktif dilakukan di SDN Pekuncen Pasuruan
Pembibitan tanaman kunci sendiri sudah
mencapai sekitar 100 polybag yang akan disebar ke berbagai penjuru
sekolah dan dititipkan di tiap kelas untuk dirawat. Siswa-siswa sekolah
ini juga bisa membawanya pulang ke rumah untuk dirawat. “Manfaatnya juga
banyak. Mulai dari bumbu dapur hingga mengurangi radang tenggorokan dan
sariawan. Warisan nenek moyang,“ kata Susmihariyati.
Untuk media komunikasi, sekolah yang
berada di kawasan Panggungrejo ini bekerja sama dengan radio SMK yang
jangkauannya meliputi Kota Pasuruan. Setiap Jumat pekan terakhir jam 2
siang, 5 perwakilan siswa, 2 guru pendamping dan kepala sekolah diberi
kesempatan menyiarkan beragam kegiatan selama sekitar 30 menit.
Program ini baru dimulai Desember 2012.
Selain memanfaatkan radio, berbagai produk hasil pemanfaatan sampah dan
produk olahan dijual pada saat rapotan. Hasilnya pun lumayan banyak,
yaitu sekitar Rp.105.000,- belum termasuk penjualan bros hasil
pemanfaatan sampah. (Sumber Post : Tunas Hijau)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar