14 Juni, 2013

Penghematan Air dan Olahan Tanaman Berkhasiat Obat SDN Pekuncen

Di green house SDN Pekuncen, pada beberapa tanaman dan sekelilingnya tampak botol air mineral bekas yang diikat dengan kawat. “Ini adalah infus tanaman. Jadi, kami gunakan botol air mineral bekas yang bagian atasnya dipotong untuk memasukkan air dan bagian tutupnya kami lubangi agar air menetes perlahan,” ujar Afidah, kepala SDN Pekuncen Pasuruan kepada Tunas Hijau saat penilaian lapangan program Panasonic Eco Kideas, Jumat (25/1). 
Dengan cara ini, warga SDN Pekuncen tidak perlu menyiramnya setiap hari. “Nanti kalau sudah habis seperti ini, baru diisi air lagi. Ini juga termasuk program penghematan air selain mematikan kran air jika sudah tidak digunakan,“ terang Afidah sambil menunjuk beberapa infus tanaman yang dimaksudnya.

 Siswa, guru dan orang tua siswa SDN Pekuncen Pasuruan sedang mengolah buah mengkudu untuk kopi mengkudu


Buah mengkudu juga telah diolah menjadi kopi mengkudu bersama kayu manis, jahe, emprit, kapulaga dan cabe arab. Program ini merupakan hasil kerja sama pihak sekolah dengan orang tua murid yang kebetulan memiliki usaha di bidang pengolahan mengkudu.
Masa kadaluarsa olahan ini sekitar 3 bulan yang telah lulus uji lab oleh Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, sehingga telah memiliki ijin dari badan pengawas obat dan makanan. Kopi mengkudu ini disarankan diminum menjelang tidur agar badan terasa segar ketika bangun. Kopi mengkudu dikemas dalam berbagai ukuran dengan harga yang  bervariasi mulai dari Rp 1.000,- hingga Rp.15.000,-
Tanaman kunci, salah satu jenis tanaman berkhasiat obat, dijadikan maskot tanaman. “Ini karena nama SD kami ‘Pekuncen’ yang asal katanya berasal dari kata ‘kunci’. Selain itu, juga ada filosofinya, yaitu kami ingin menjadikan ilmu sebagai kunci dari segala sesuatu,” kata Susmihariyati, guru SDN Pekuncen.

Pengomposan sampah organik juga aktif dilakukan di SDN Pekuncen Pasuruan
 
 
Pembibitan tanaman kunci sendiri sudah mencapai sekitar 100 polybag yang akan disebar ke berbagai penjuru sekolah dan dititipkan di tiap kelas untuk dirawat. Siswa-siswa sekolah ini juga bisa membawanya pulang ke rumah untuk dirawat. “Manfaatnya juga banyak. Mulai dari bumbu dapur hingga mengurangi radang tenggorokan dan sariawan. Warisan nenek moyang,“ kata Susmihariyati.
Untuk media komunikasi, sekolah yang berada di kawasan Panggungrejo ini bekerja sama dengan radio SMK yang jangkauannya meliputi Kota Pasuruan. Setiap Jumat pekan terakhir jam 2 siang, 5 perwakilan siswa, 2 guru pendamping dan kepala sekolah diberi kesempatan menyiarkan beragam kegiatan selama sekitar 30 menit.
Program ini baru dimulai Desember 2012. Selain memanfaatkan radio, berbagai produk hasil pemanfaatan sampah dan produk olahan dijual pada saat rapotan. Hasilnya pun lumayan banyak, yaitu sekitar Rp.105.000,- belum termasuk penjualan bros hasil pemanfaatan sampah.  (Sumber Post : Tunas Hijau)



Tidak ada komentar: