14 Juni, 2013
Siswa Menangis Sedih Saat Pembelajaran Panasonic Eco Kideas SDN Pekuncen I
Siswa SDN Pekuncen I nampak hanyut dalam kesedihan melihat bencana lingkungan yang terjadi akibat pemanasan global
Jalannya pembelajaran lingkungan hidup Panasonic Eco Kideas yang dilakukan Tunas Hijau di SDN Pekuncen I Pasuruan membawa kesedihan bagi para siswa yang mengikutinya, Selasa (4/9). Sania Zulva Sabita, misalnya, dengan mimik wajah yang menunjukkan kesedihan, bahkan sempat meneteskan air mata di saat menyaksikan slide film lingkungan hidup yang diputarkan. “Saya merasa kasihan melihat mereka tertimpa bencana. Saya tidak bisa membayangkan kalau bencana tadi menimpa kami,“ ucap Sania Zulva Sabita sambil mengusap sisa air matanya.
Dijelaskan oleh Bram Azzaino, aktivis
senior Tunas Hijau, kepada 60 siswa peserta pembelajaran ini,
sebenarnya banyak masalah yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan
global di sekitar tanpa kita sadari. “Penyebab terjadinya pemanasan
global diantaranya polusi udara, khususnya meningkatnya jumlah
karbondioksida di atmosfir sehingga menyebabkan pemanasan global,“
terang Bram Azzaino. Dengan meningkatnya karbondioksida di atmosfir
dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca yang berdampak pada naiknya
suhu di bumi.
Selanjutnya, siswa diajak melakukan
observasi di sekolah mereka yang terkait dengan terjadinya pemanasan
global di sekolahnya. Ada 3 permasalahan yang dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan global yang mudah dijumpai di sekolah mereka.
Diantaranya adalah energi, sampah, dan transportasi. Bahkan dari
permasalahan yang mereka temukan, mereka juga sempat melakukan aksi
nyata. Diantaranya, mematikan pemakaian listrik yang berlebihan dan
pemilahan sampah yang selama ini belum pernah dilakukan.
Anindita Pratita, siswa kelas 5B,
bersama kelompoknya nampak melakukan pendataan tentang peralatan
electronik yang dipakai di sekolahnya. Tak luput dari pantauan mereka
ruang kelas yang telah kosong juga jadi sasaran mereka. Yakni dengan
mematikan semua lampu dan kipas angin sewaktu kelas ditinggal istirahat.
“Nah, ini dia sumber pemborosan listriknya. Lampu dan kipas anginnya
dibiarkan nyala sewaktu ditinggal istirahat,“ kata Anindita Pratita
sambil mencari saklar lampu untuk dimatikan.
Sementara itu Kepala SDN Pekuncen 1
Pasuruan Aisyah menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Tunas Hijau dan
Panasonic yang telah memberikan pembelajaran lingkungan hidup kepada
anak didiknya. Mudah-mudahan ini dapat diterima sebagai pengetahuan dan
ilmu tentang lingkungan yang selama ini belum pernah mereka dapatkan.
“Selama ini kebersihan sekolah menjadi tanggung jawab petugas kebersihan
sekolah. Anak didik memang sangat perlu dilibatkan,” tutur Aisyah.
Sementara itu, pembelajaran tersebut
nantinya akan ditindaklanjuti dengan ajang kompetisi bagi
sekolah-sekolah dasar yang terpilih dalam pelaksanaan program lingkungan
di sekolah masing-masing. Adapun bagi sekolah yang mampu menjalankan
program lingkungan yang terencana dan berkelanjutan akan mendapatkan
hadiah dari Panasonic. Program-program yang dibuat itu diharapkan mampu
menciptakan inovasi-inovasi baru di sekolah mereka. (Sumber Post : Tunas Hijau)
Penghematan Air dan Olahan Tanaman Berkhasiat Obat SDN Pekuncen
Di green house SDN Pekuncen, pada
beberapa tanaman dan sekelilingnya tampak botol air mineral bekas yang
diikat dengan kawat. “Ini adalah infus tanaman. Jadi, kami gunakan botol
air mineral bekas yang bagian atasnya dipotong untuk memasukkan air dan
bagian tutupnya kami lubangi agar air menetes perlahan,” ujar Afidah,
kepala SDN Pekuncen Pasuruan kepada Tunas Hijau saat penilaian lapangan
program Panasonic Eco Kideas, Jumat (25/1).
Dengan cara ini, warga SDN Pekuncen
tidak perlu menyiramnya setiap hari. “Nanti kalau sudah habis seperti
ini, baru diisi air lagi. Ini juga termasuk program penghematan air
selain mematikan kran air jika sudah tidak digunakan,“ terang Afidah
sambil menunjuk beberapa infus tanaman yang dimaksudnya.
Siswa, guru dan orang tua siswa SDN Pekuncen Pasuruan sedang mengolah buah mengkudu untuk kopi mengkudu
Buah mengkudu juga telah diolah menjadi
kopi mengkudu bersama kayu manis, jahe, emprit, kapulaga dan cabe arab.
Program ini merupakan hasil kerja sama pihak sekolah dengan orang tua
murid yang kebetulan memiliki usaha di bidang pengolahan mengkudu.
Masa kadaluarsa olahan ini sekitar 3
bulan yang telah lulus uji lab oleh Dinas Kesehatan Kota Pasuruan,
sehingga telah memiliki ijin dari badan pengawas obat dan makanan. Kopi
mengkudu ini disarankan diminum menjelang tidur agar badan terasa segar
ketika bangun. Kopi mengkudu dikemas dalam berbagai ukuran dengan harga
yang bervariasi mulai dari Rp 1.000,- hingga Rp.15.000,-
Tanaman kunci, salah satu jenis tanaman
berkhasiat obat, dijadikan maskot tanaman. “Ini karena nama SD kami
‘Pekuncen’ yang asal katanya berasal dari kata ‘kunci’. Selain itu, juga
ada filosofinya, yaitu kami ingin menjadikan ilmu sebagai kunci dari
segala sesuatu,” kata Susmihariyati, guru SDN Pekuncen.
Pengomposan sampah organik juga aktif dilakukan di SDN Pekuncen Pasuruan
Pembibitan tanaman kunci sendiri sudah
mencapai sekitar 100 polybag yang akan disebar ke berbagai penjuru
sekolah dan dititipkan di tiap kelas untuk dirawat. Siswa-siswa sekolah
ini juga bisa membawanya pulang ke rumah untuk dirawat. “Manfaatnya juga
banyak. Mulai dari bumbu dapur hingga mengurangi radang tenggorokan dan
sariawan. Warisan nenek moyang,“ kata Susmihariyati.
Untuk media komunikasi, sekolah yang
berada di kawasan Panggungrejo ini bekerja sama dengan radio SMK yang
jangkauannya meliputi Kota Pasuruan. Setiap Jumat pekan terakhir jam 2
siang, 5 perwakilan siswa, 2 guru pendamping dan kepala sekolah diberi
kesempatan menyiarkan beragam kegiatan selama sekitar 30 menit.
Program ini baru dimulai Desember 2012.
Selain memanfaatkan radio, berbagai produk hasil pemanfaatan sampah dan
produk olahan dijual pada saat rapotan. Hasilnya pun lumayan banyak,
yaitu sekitar Rp.105.000,- belum termasuk penjualan bros hasil
pemanfaatan sampah. (Sumber Post : Tunas Hijau)
Langganan:
Postingan (Atom)